Kamis, 29 Juli 2010

SEJARAH JEMBATAN AMPERA

Ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang, tahun 1906. Saat jabatan Walikota Palembang dijabat Le Cocq de Ville, tahun 1924, ide ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya. Namun, sampai masa jabatan Le Cocq berakhir, bahkan ketika Belanda hengkang dari Indonesia, proyek itu tidak pernah terealisasi. Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuk na-ma Sungai Musi yang dilintasinya pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Usulan ini sebetulnya tergo-long nekat sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000,00. Pada tahun 1957, dibentuk panitia pembangunan, yang terdiri atas Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, H.A. Bastari. Pendampingnya, Walikota Palembang, M. Ali Amin, dan Indra Caya. Tim ini melakukan pendekatan kepada Bung Karno agar mendukung rencana itu. Usaha yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang, yang didukung penuh oleh Kodam IV/Sriwijaya ini kemudian membuahkan hasil. Bung Karno kemudian menyetujui usulan pembangunan itu. Karena jembatan ini rencananya dibangun dengan masing-masing kakinya di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir, yang berarti posisinya di pusat kota, Bung Karno kemudian mengajukan syarat. Yaitu, penempatan boulevard atau taman terbuka di kedua ujung jembatan itu. Dilakukanlah penunjukan perusahaan pelaksana pembangunan, dengan penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961, dengan biaya sebesar USD 4.500.000 (kurs saat itu, USD 1 = Rp 200,00).

Pembangunan jembatan ini dimulai pada tanggal 16 September 1960, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana pampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut.

Pada awalnya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.

Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965, sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada saat itu, jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia tenggara. Setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat). Menunggu Wajah Baru Jembatan Ampera

Sekitar tahun 2002, ada wacana untuk mengembalikan nama Bung Karno sebagai nama Jembatan Ampera ini. Tapi usulan ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah dan sebagian masyarakat.

Keistimewaan
Meskipun jembatan ini su
dah tidak bisa diangkat bagian tengahnya, kapal yang tidak terlalu tinggi masih bisa melewati kolongnya

Pada awalnya, bagian tengah badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.

Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.

Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.

Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan ini diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini.

Senin, 26 Juli 2010

PALEMBANG

Kota Palembang adalah salah satu kota besar di Indonesia yang juga merupakan ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang merupakan kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota ini dahulu pernah menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya, sebelum kemudian berpindah ke Jambi. Bukit Siguntang, di bagian barat Kota Palembang, hingga sekarang masih dikeramatkan banyak orang dan dianggap sebagai bekas pusat kesucian di masa lalu.

Palembang merupakan kota tertua di Indonesia, hal ini didasarkan dari prasasti Kedukan Bukit yang diketemukan di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 682 Masehi[2]. Maka tanggal tersebut dijadikan patokan hari lahir Kota Palembang.

Kota ini diserang beberapa kali oleh kekuatan asing, dimana kerusakan terparah terjadi saat penyerangan pasukan Jawa tahun 990 dan invasi kerajaan Chola tahun 1025. Namun sekarang kota ini tengah berbenah dan semakin mempercantik diri untuk menjadi sebuah kota internasional.

Kota Palembang sendiri sampai saat ini menjadi pusat wisata air terindah yang berjuluk "Venice of the East".

ASAL USUL PEDAMARAN, PALEMBANG

Kecamatan Pedamaran merupakan salah satu kota potensial dengan berbagai kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) dan budaya yang dimilikinya di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Hal tersebutlah yang menjadikan daerah ini menjadi unik dan disoroti masyarakat banyak.
Tidak banyak yang mengetahui bagaimana sesungguhnya latar belakang terbentuknya kota tersebut. Untuk itu kami sengaja menurunkan tim ekspedisi guna mencari informasi dari berbagai sumber terpercaya termasuk tokoh masyarakat yang tahu banyak akan sejarah daerah tersebut.
Akhirnya, terdapat dua versi mengenai latar belakang terjadinya atau terdapatnya masyarakat Pedamaran. Ada yang bilang asal usulnya dari Meranjat namun ada pula yang bilang dari Pulau Jawa. Namun apapun itu inilah kekayaan budaya yang harus dibanggakan.

Berasal dari Meranjat
Versi ini menyebutkan bahwa masyarakat Pedamaran pada mulanya berasal dari daerah Meranjat, sekarang terletak di Kabupaten Ogan Ilir (OI) sekitar dua jam perjalanan mobil.
Orang-orang meranjat datang ke daerah ini (yang nantinya terkenal dengan daerah Pedamaran, Red) untuk mencari atau mengelolah pohon damar. Mereka kemudian menetap di daerah ini dan seiring dengan perubahan waktu daerah ini pun kemudian dinamai Pedamaran (tempat untuk mendamar, Red).
Konon menurut cerita daerah tempat menunggu damar atau orang yang datang dari meranjat di sebut dengan Desa Serinanti, sedangkan Desa Sukadamai adalah suatu tempat yang dulunya digunakan untuk mendamaikan dua pihak yang berselisih.
Pedamaran berasal dari meranjat juga terlihat dari beberapa kesamaan bahasa yang mereka gunakan, namun bahasa Pedamaran seiring bertambahnya waktu, bahasanya juga terus berkembang, tidak demikian dengan bahasa yang ada di Meranjat. Perbedaan signifikan pada kedua bahasa tersebut, terdapat pada logat bahasanya,
Orang-orang Meranjat dalam menggunakan bahasanya biasanya diliuk-liukan, sedangkan orang pedamaran nada bicaranya tegas dan keras. Menurut salah satu sumber hal ini terjadi karena pada zaman dahulu di Pedamaran penduduknya masih jarang dan banyak hutannya, sehingga tidak mungkin mereka bicara dengan cara diliuk-liukan sebagaimana bahasa meranjat aslinya. Kebiasaan mereka berbicara keras dan tegas telah berlangsung puluhan tahun sehingga menjadi suatu kebiasaan.

Padamaran dari Jawa
Menurut versi kedua masyarakat Pedamaran itu berasal dari Jawa, namun belum tahu pasti Jawa bagian mana. Yang jelas, menurut informasi mereka datang dari Samudera Pasai.
Singkat cerita pendatang dari Jawa itu (sebut saja demikian) datang menggunakan perahu dan ketika memasuki sungai Babatan perahunya pecah dan tenggelam ke dasar sungai, orang-orang yang berhasil menyelamatkan diri kemudian bermukim di daerah tersebut.
Konon katanya sebagai bukti bahwa masyarakat Pedamaran berasal dari Jawa, yaitu dengan ditemukannya sebilah keris yang di badan keris tersebut terukir tulisan jawa kuno. Kononnya lagi, katanya keris itu kini tersimpan di salah asatu museum yang ada di Palembang.
Sebenarnya sudah ada tokoh masyarakat setempat yang pernah menuliskan asal usul terbentuknya Padamaran ini. Namun sayangnya tokoh tersebut sudah meninggal dunia, dan sayangnya hasil karya tersebut hilang.(Dafri Yozhari)

TAEKWONDO

Taekwondo (juga dieja Tae Kwon Do, Taekwon-Do) adalah olahraga bela diri asal Korea yang juga populer di Indonesia, olah raga ini juga merupakan olahraga nasional Korea. Ini adalah seni bela diri yang paling banyak dimainkan di dunia[rujukan?] dan juga dipertandingkan di Olimpiade.

Dalam bahasa Korea, hanja untuk Tae berarti "menendang atau menghancurkan dengan kaki"; Kwon berarti "tinju"; dan Do berarti "jalan" atau "seni". Jadi, Taekwondo dapat diterjemahkan dengan bebas sebagai "seni tangan dan kaki" atau "jalan" atau "cara kaki dan kepalan". Popularitas taekwondo telah menyebabkan seni ini berkembang dalam berbagai bentuk. Seperti banyak seni bela diri lainnya, taekwondo adalah gabungan dari teknik perkelahian, bela diri, olahraga, olah tubuh, hiburan, dan filsafat.

Meskipun ada banyak perbedaan doktriner dan teknik di antara berbagai organisasi taekwondo, seni ini pada umumnya menekankan tendangan yang dilakukan dari suatu sikap bergerak, dengan menggunakan daya jangkau dan kekuatan kaki yang lebih besar untuk melumpuhlan lawan dari kejauhan. Dalam suatu pertandingan, tendangan berputar, 45 derajat, depan, kapak dan samping adalah yang paling banyak dipergunakan; tendangan yang dilakukan mencakup tendangan melompat, berputar, skip dan menjatuhkan, seringkali dalam bentuk kombinasi beberapa tendangan. Latihan taekwondo juga mencakup suatu sistem yang menyeluruh dari pukulan dan pertahanan dengan tangan, tetapi pada umumnya tidak menekankan grappling (pergulatan).
Kubus Rubik

Kubus Rubik's adalah sebuah teka-teki mekanik yang ditemukan pada tahun 1974 oleh pemahat dan profesor arsitektur Hungaria, Ernő Rubik. Kubus ini terbuat dari plastik dan terdiri atas 26 kubus kecil yang berputar pada poros yang terlihat. Setiap sisi dari kubus ini memiliki sembilan permukaan yang terdiri dari enam warna yang berbeda. Ketika teka-teki ini terpecahkan, setiap sisi dari kubus ini memiliki satu warna dan warna yang berbeda dengan sisi lainnya.

Kubus ini dibuat kembali dan dipasarkan di kawasan eropa pada Mei, 1980. Rubik's dianggap merupakan mainan yang laris banyak terjual di dunia, dengan sekitar 300 juta kubus Rubik's termasuk imitasinya terjual.

Rekor tercepat dalam menyelesaikan Kubus Rubik's (Rekor Indonesia) berhasil dicetak pada acara HUT MURI (Museum Rekor-Dunia Indonesia) pada tanggal 31 Januari 2007 di Hotel Grand Candi, Semarang. Catatan waktu yang dibukukan adalah 19,33 detik atas nama Abel Brata Susilo.

Rekor Dunia dalam menyelesaikan Kubus Rubik's dengan mata tertutup berhasil dicetak pada kompetisi Jakarta Open 2010 pada tanggal 31 Januari 2010 di FX Building, Jakarta. Rubik berukuran 3x3 dengan mata tertutup jumlah terbanyak yaitu 16 buah dalam waktu 57 menit diselesaikan atas nama Muhammad Iril dari Indonesia. Sebelumnya rekor dunia kategori ini dipegang Tong Jiang dari Cina dengan 15 kubus Rubik. Tidak hanya Muhammad Iril, Indonesia juga menempatkan putra bangsa di peringkat ketiga rekor dunia yaitu Wicaksono Adi dengan menyelesaikan 11 kubus Rubik tanpa melihat dalam waktu 55 menit 10 detik. Rekor Wicaksono dipecahkan saat Indonesia Open 2009. Semua rekor ini tercatat di Asosiasi Kubus Dunia (WCA).
[sunting] Speedcubing

Definisi speedcubing adalah menyelesaikan Kubus Rubik's [1]secepat mungkin. Di Indonesia sendiri speedcubing belum terlalu populer. Meskipun begitu, ada sekelompok pemuda Jakarta yang memiliki hobi speedcubing, akhirnya sepakat membentuk JRCC (Jakarta Rubik's Cube Club). Visi mereka adalah mempopulerkan speedcubing agar sejajar dengan olahraga yang lain seperti catur, billiard, renang, dll. Melalui misi mengadakan kompetisi-kompetisi dan kegiatan-kegiatan speedcubing baik yang bertaraf lokal maupun internasional.
Jangan takut untuk belajar sesuatu. Ilmu pengetahuan adalah harta karun yang selalu dapat kita bawa kemanapun tanpa membebani.